Koneksi antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin
“ Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik ” (Bob Talbert)
Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pada hakikatnya pendidikan
ini untuk mengembangkan potensi seseorang dan diarahkan pada tujuan yang
diharapkan untuk menjadikannya sebagai manusia yang utuh. Pemberdayaan potensi
peserta didik diarahkan untuk membangun karakter pribadinya sehingga dapat
menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.
Sebagai sebuah institusi moral, sekolah merupakan sebuah miniatur dunia yang
berkontribusi terhadap terbangunnya budaya, nilai-nilai, dan
moralitas dalam diri setiap murid. Perilaku warga sekolah dalam
menegakkan penerapan nilai-nilai yang diyakini dan dianggap penting oleh
sekolah, adalah teladan bagi murid.
Seorang pendidik harus mampu menjadi
teladan bagi murid-muridnya. Hal ini akan tercermin dalam perilaku
kesehariannya, sehingga seorang pendidik dapat menjadi role model bagi peserta
didik dan seluruh warga sekolah bahkan di lingkungan tempat tinggal.
Dalam menjalankan perannya, kita sebagai
seorang pendidik harus mampu memberikan kontribusi bagi peserta didik, dimana
dalam setiap pengambilan keputusan harus berpihak kepada murid yang
berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan. Kita menyadari bahwa setiap
pengambilan keputusan akan merefleksikan integritas sekolah, nilai-nilai apa
yang akan dijunjung tinggi, dan keputusan-keputusan yang diambil kelak akan
menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah dan lingkungan
sekitarnya. Jadi seorang pendidik senantiasa berupaya untuk menanamkan karakter
dengan menjunjung nilai-nilai kebajikan universal dan memperhatikan kebutuhan
setiap peserta didik. Hal ini sejalan dengan kalimat bijak berikut:
Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
sesi wawancara bersaam Kepala SMk 45 Lembang Eman Sulaeman S.Pd.I |
Memahami kalimat tersebut, maka pendidikan
merupakan suatu proses menuntun siswa dengan penguatan karakter ,
norma-norma sehingga akan menjadi generasi yang memiliki nilai moral,
kebajikan dan kebenaran untuk menjalankan kehidupannya. Generasi yang akan
datang adalah cerminan pendidikan saat ini yang kita poles seperti membuat maha
karya terbaik yang akan mewarnai negeri ini di masa depan.
Setelah kita memahami beberapa hal diatas,
berikut adalah pendekatan atas tinjauan dari koneksi antar materi pada modul
3.1 Pendidikan Guru Penggerak tentang pengambilan keputusan.
1.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara
dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan
sebagai seorang pemimpin?
Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki pengaruh
bagaimana seorang guru mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
Semboyan yang dicetuskan oleh KHD yang
sampai saat ini masih menjadi landasan berpijak bagi pendidik adalah Ing Ngarso
Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya
Mangunkarsa (Seorang pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan, semangat
dan motivasi dari tengah), Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus mampu
memberi dorongan dari belakang), yang artinya adalah Seorang pemimpin (Guru)
harus mampu memberikan teladan dan memberikan semangat dan motivasi dari tengah
juga mampu memberikan dorongan dari belakang untuk kemajuan seorang
muridnya. Semboyan ini memiliki makna mendalam dapat kita jadikan
landasan dalam setiap pengambilan keputusan, yaitu keputusan yang selalu
berpihak kepada murid agar menjadikan mereka sebagai generasi yang cerdas dan
berkarakter sebagaimana tercermin dalam profil pelajar Pancasila. Hal ini dapat
kita lakukan dalam proses pembelajaran di sekolah, yang tidak hanya menitik
beratkan pada konten kurikulum, namun transfer nilai -nilai kebajikan dapat
kita sampaikan secara terus menerus dengan eksplisit pada pembelajaran dan
keteladanan disetiap pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan yang
bertanggungjawab.
2.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam
diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan
suatu keputusan?
Perangai seseorang terkadang merupakan
cerminan dari nilai-nilai yang tertanam dalam diri seseorang tersebut. Hal ini
juga akan berpengaruh terhadap prinsip-prinsip yang diambil ketika seseorang
tersebut akan mengambil keputusan. Begitu pula dalam proses pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab, dan kompetensi kesadaran diri (self
awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran
sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan
sosial (relationship skills), akan mendukung dalam
mewujudkan sikap Tut wuri handayani . Hal ini dapat dilakukan oeh
seorang pendidik dengan memberikan dorongan secara moril maupun materil bagi
semua warga sekolah. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri pendidik
akan mewarnai setiap pengambilan keputusaan. Nilai kejujuran, integritas sebagi
pendidik akan tergambar dalam keteladanan dan kebijakan — kebijakan yang
diambil dalam setiap keputusan.
3.
Bagaimana materi pengambilan keputusan
berkaitan dengan kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan
pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama
dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan
keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri
kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu
oleh sesi coaching yang telah dibahas pada sebelumnya.
Tidak dapat dielakkan bahwa kita selalu
dihadapkan pada berbagai permasalahan yang membutuhkan suatu keputusan dalam
penyelesainnya. Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan langkah-langkah yang
mengacu pada prinsip tertentu, karen dalam pengambilan keputusan berkaitan erat
dengan masa depan suatu organisasi, apalagi menyangkut pada keputusan yang
sifatnya strategis. Salah satu faktor yang sangat membantu dalam pengambilan
keputusan adalah keterampilan coaching. Sebagai pendidik, guru
harus memiliki keterampilan coaching.
Selama proses pembelajaran, pendampingan
dalam pengujian pengambilan keputusan melalui kegiatan coaching (bimbingan)
yang dilakukan oleh fasilitator saya rasakan sangat efektif dalam
membantu pemahaman saya.
Beberapa contoh praktik coaching dapat
memberi gambaran yang utuh untuk dapat diterapkan di sekolah. Keputusan yang
diambil dengan teknik coaching yang berlandaskan etika,
nilai-nilai kebajikan, sesuai dengan visi misi sekolah yang berpihak pada murid
dan menciptakan budaya positif dilingkungan sekolah. Teknik coaching dilakukan
denga prinsip kesetaraan, sehingga tidak terkesan menggurui tapi justru akan
menimbulkan rasa nyaman sehingga coach, sehingga mampu mengidentifikasi
permasalahan dan dapat menyampaikan pertanyaan berbobot dari coachee. Begitu
pula dengan coachee yang dengan rasa nyaman dapat menyampaikan hambatan —
hambatan dan dapat menemukan solusi yang sesuai. Hal ini karena coach mampu
menjadi pendengar yang baik sehingga mampu membantu menguraikan permasalahan
melalui pertanyaan-pertanyaan berbobot. Dengan coaching, guru dapat
mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai
coach yang baik guru memiliki harapan terhadap siswanya sehingga dapat
menjalankan seluruh tugas dan kewajiban yang diberikan di sekolah dengan baik.
4.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola
dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan
suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kemampuan guru dalam mengelola dan
menyadari aspek sosial emosional sangat mempengaruhi dalam pengambilan
keputusan. Dalam setiap pengambilan keputusan wajib berlandaskan pada
nilai-nilai kebajikan serta regulasi yang ada dengan berpedoman pada 9 langkah
pengambilan keputusan. Melalui kedua dasar tersebut kita dapat menganalisis
sehingga dapat membedakan antara dilema etika atau bujukan moral.
Kepekaan sosial emosional seseorang akan
menumbuhkan empati dan simpati, sehingga dapat menempatkan diri untuk bisa
mengenal orang lain . Dengan simpati dan empati kita dapat merasakan apa yang
peserta didik alami, sehingga kita dapat mengidentifikasi permasalahan dengan
bijaksana, disaat harus melakukan pengambilan keputusan. Guru yang berperan
sebagai pemimpin pembelajaran akan bertindak atas dasar keberpihakan pada
murid. Dalam setiap keputusannya harus mempertimbangkan bayak hal yang bermuara
pada murid, berbasis etika dan nilai kebajikan berlandaskan pada 4 paradigma
yaitu individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs
kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang, 3 prinsip yaitu prinsip berbasis
hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli.
Serta dilakukan dengan 9 langkah yaitu:
- Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
- Menentukan siapa saja yang terlibat
- Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
- Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji
regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan
panutan/idola
- Pengujian paradigma benar lawan benar
- Prinsip Pengambilan Keputusan
- Investigasi Opsi Trilemma
- Buat Keputusan
- Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan
5.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus
pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang
pendidik?
Pembahasan studi kasus yang berfokus pada
masalah moral atau etika akan semakin mengasah empati dan simpati seorang
pendidik. Pendidik yang telah terlatih akan mempunyai rasa empati dan simpati
yang baik sehingga diharapkan mampu mengidentifikasi dan memetakan paradigma
dilema etika agar pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran lebih
bijak.
Kebijakan yang muncul pada saat pengambilan
keputusan tetap mengacu keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid,
sehingga solusi tepat akan didapat dari setiap permasalahan yang terjadi.
Pendidik yang mampu menganalisis permasalahan dari berbagai sudut pandang dan
pendidik yang dengan tepat, sehingga mampu membedakan apakah permasalahan yang
dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.
Ketika seorang pendidik dihadapkan pada
kasus-kasus yang berfokus pada masalah moral dan etika, maka keputusan yang
diambil akan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Jika nilai-nilai yang
dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan
dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang
dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang
diambilnya lebih cenderung bermuara pada kebenaran menurut versi pribadi. Selain
itu pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga dapat
melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat
dengan jelas membedakan antara dilemma etika ataukah bujukan moral. Keputusan
yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan yang dapat mengakomodir
kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan kebahagian semua pihak
berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan.
6.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat,
tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan
nyaman.
Keputusan yang kita ambil secara langsung maupun tidak langsung akan
berdampak pada imlementasi pembelajaran dan mempengaruhi situasi di sekolah.
Setiap keputusan yang kita ambil harus tepat dan bijak berlandaskan nilai-nilai
kebajikan, keteladanan, bijaksana dan tidak melanggar norma. Dengan landasan
tersebut kita dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan
nyaman.Sehingga murid-murid dapat belajar dengan baik dan dapat mengembangkan
kompetensinya.
7.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan
Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema
etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Pengambilan keputusan yang dilakukan
berlandaskan atas tiga prinsip penyelesaian dilema, yaitu Berpikir Berbasis
Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis
Peraturan (Rule-Based Thinking) ataukah Berpikir Berbasis Rasa
Peduli (Care-Based Thinking). Pemilihan prinsip tersebut tentunya
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Meskipun setiap
keputusan pasti ada resiko, pro dan kontra, namun hal ini menjadikan salah satu
tantangan tersendiri. Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan
terhadap kasus — kasus yang sifatnya dilemma etika adalah perasaan tidak enak
yang timbul karena tidak dapat memuaskan semua pihak. Namun dengan mengikuti 9
langkah pengambilan keputusan dapat meminimalkan perasaan tidak nyaman dan
keputusan yang saya ambil dapat diterima oleh semua pihak.
8.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang
kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana
kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang
berbeda-beda?
Pengaruh pengambilan keputusan yang kita
ambil dengan pengajaran memerdekakan murid -murid kita adalah terciptanya
merdeka belajar. Dengan merdeka belajar, murid bebas mencapai kesusksesan,
kebahagiaan sesuai minat dan potensinya tanpa ada paksaan dan tekanan dari
pihak manapun. Hal ini diharapkan murid-murid akan sukses dengan bidangnya
masing-masing, bahagia karena sesuai dengan apa yang diinginkannya dan
bertanggungjawab akan apa yang menjadi pilihannya. Disinilah dasar pijakan kita
bahwa semua pengambilan keputusan harus berpihak pada murid, dan guru berfungsi
untuk memfasilitasi, membantu mengembangkan bakat dan minat yang sudah ada.
Kurikulum merdeka sangat berorientasi pada murid, hal ini terlihat dari
kurikulum kelas XI di SMK yang tidak lagi memecah materi menjadi beberapa
kompetensi, namun menjadi satu kesatuan utuh dan mendalam kedalam satu mata
pelajaran. Penggunaan model pembelajaran berdiferensiasi akan mampu
mengakomodir kebutuhasn setiap siswa sesuai dengan bakat dan keahliannya. Guru
hanya sebagai fasilitator dan pembelajaran terpusat pada siswa, dengan didukung
pada penerapan secara eksplisit maupun implisit KSE yang akan semakin
memperkuat dan mempertajam wujud nyata dalam memfasilitasi dan mengasah
keterampilan social emosional murid-murid kita.
9.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran
dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan
murid-muridnya?
Keputusan yang diambil oleh seorang
pemimpin pembelajaran pasti akan membawa dampak, baik jangka panjang maupun
pendek bagi murid. Hal yang sudah kita putuskan dan kita lakukan akan akan
terekam menjadi suatu catatan dan akan menjadikan role model tentang apa dan
bagaimana kelak murid-murid berpikir dan bertindak.
Bagaimana mereka mengambil keputusan di
masyarakat dikemudian hari. Gambaran ini menjadikan dasar bahwa pengambilan
keputusan oleh seorang pendidik harus tepat, benar dan bijak melalui analisis
dan pengujian yang mendalam atas benar salahnya. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan lima uji yaitu uji legal, uji regulasi, uji instuisi, uji publikasi
dan uji panutan atau uji idola akan menjadikan pengambilan keputusan kita
akurat dan teruji sehingga tidak menyesatkan murid-murid.
10. Apakah
kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini
dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari
pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya bahwa
pengambilan keputusan merupakan suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki
oleh guru sebagai pendidik. Terkait dengan tugas dan fungsinya seorang guru
dalam membuat keputusan harus berlandaskan pada filosofi Ki Hajar Dewantara,
karena setiap keputusan yang diambil akan mewarnai pola pikir dan karakter
murid. Agar keputusan yang diambil dapat memberikan kemanfaatan untuk banyak
orang, mampu mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan
nyaman (well being) dan dapat dipertanggungjawabkan, maka
harus dilakukan berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur yang
tertata seperti BAGJA. Hal ini dilakukan semata untuk menghantarkan murid
menuju profil pelajar pancasila, yang dalam perjalanannya banyak benturan yang
sifatnya dilema etika dan bujukan moral. Untuk itu diperlukan panduan sembilan
langkah pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga langkah yang diambil
selalu berpihak kepada murid.
Sekolah sebagai institusi yang berfungsi
memberikan pelayanan, membimbing, mendidik dan mengajar para peserta didik agar
memiliki sifat/tingkah laku yang lebih baik. Sekolah juga bertugas melakukan
proses transfer ilmu dan pembentukan karakter peserta didik. Banyak hal yang
harus dilakukan, tentu saja banyak juga pengambilan keputusan yang mewarnai
kebijakan-kebijakan sekolah. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu
mengambil keputusan dengan bijak, dengan mengedepankan nilai-nilai kebajikan
yang telah menjadi kesepakatan kelas. Keputusan yang diambil oleh seorang
pemimpim pembelajaran dengan menggunakan alur BAGJA, selalu berorientasi untuk
mewujudkan budaya positif sehingga dapat menciptakan kondisi lingkungan yang
nyaman (well being). Guru mempunyai kewajiban untuk mengantarkan murid
menjadi insan yang cerdas dan berkarakter, menuju profil pelajar Pancasila.
Harapan ini pasti dibutuhkan komitmen dari semua pihak. Dalam mengawal impian
ini tentu banyak juga ditemui permasalahan baik yang sifatnya dilema etika
maupun bujukan moral. Untuk itu diperlukan panduan sembilan langkah dalam
pengambilan keputusan dan pengujian agar keputusan yang diambil berpihak kepada
murid demi terwujudnya merdeka belajar. Sebagai salah satu bentuk merdeka belajar
adalah diterapkannya pembelajaran berdiferensiasi. Dengan pembelajaran
berdiferensiasi maka kebutuhan murid akan terpenuhi sesuai dengan bakat, minat
dan kecenderungan gaya belajarnya.
11.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang
konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan
bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan
keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal
yang menurut Anda di luar dugaan?
Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan
bahwa ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya didasarkan pada
pemikiran dan pertimbangan semata, namun sangat diperlukan adanya paradigma,
prinsip, dan langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan, agar keputusan
yang diambil tepat sasaran dan bermanfaat untuk orang banyak. Disamping itu
secara personal, dalam pengambilan keputusan diperlukan satu sikap keberanian
dengan segala konsekwensinya.
12.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah
Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral
dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul
ini?
Sebelum mempelajari modul ini saya pernah
mengambil keputusan dengan situasi dilema etika, namun yang saya lakukan
hanya sebatas pada pemikiran didukung dengan beberapa pertimbangan. Saya sudah
merasa aman bila keputusan yang saya ambil sudah sesuai aturan dan tidak
berdampak merugikan banyak orang. Dengan belajar modul ini saya menjadi lebih
kaya akan pengetahuan bahkan telah mempraktikkan, bagaimana cara pengambilan
keputusan yang tepat dengan menggunakan langkah-langkah tertentu yang tak lepas
dari paradigma dan prinsip-prinsip yang ada.
13.
Bagaimana dampak mempelajari konsep
ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil
keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Konsep yang sudah saya pelajari di modul
ini memberikan dampak yang besar bagi pola pikir saya. Sebelumnya saya berpikir
bahwa pengambilan keputusan yang telah didasarkan regulasi dan sosial saja
sudah cukup, ternyata banyak hal yang menjadi dasar. Dalam konteks ini terdapat
4 paradigma dilemma etika yaitu: individu lawan kelompok (individual vs
community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy),
kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan
jangka panjang (short term vs long term) yang semuanya
didasari atas 3 prinsip dan 9 langkah. Saya berencana akan mengimplementasikan
landasan tersebut dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin
pembelajaran maupun dalam pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas
praktisi. Dengan landasan dalam pengambilan keputusan tersebut, saya
yakin bahwa keputusan yang saya ambil akan tepat dan lebih akurat dengan selalu
berpihak pada murid.
14.
Seberapa penting mempelajari topik modul
ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Materi pada modul 3.1 bagi saya sangat
penting dan bermakna, karena dimanapun dan sebagai apa peran kita pasti akan
menjumpai permasalahan yang dituntut untuk mengambil keputusan. Dari keputusan
tersebut akan dihasilkan kebijakan -kebijakan yang akan mewarnai perjalanan
sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Salah
satu upaya untuk mewujudkan hal itu, maka seorang guru harus memiliki
keterampilan dalam pengambilan keputusan yang mengandung nilai-nilai kebajikan.
Sebagai landasan dalam pengambilan keputusan tersebut tentunya mengacu pada 9
langkah 4 paradigma dan 3 prinsip. Selain itu keputusan diambil melalui
tiga uji yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis
peraturan (Rule-Based Thinking), Uji publikasi, sebaliknya,
berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang
mementingkan hasil akhir dan Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip
berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking).
Demikian koneksi antar materi yang saya
paparkan, saya menyadari masih sangat perlu untuk belajar lebih banyak, untuk
itu mohon masukannya agar menjadikan motivasi bagi saya untuk selalu tergerak
belajar dan melakukan aktivitas yang bermanfaat untuk orang lain. Guru
tergerak, bergerak dan menggerakan. Guru bergerak Indonesia maju.
Komentar
Posting Komentar